ANALISIS
LAPORAN KEUANGAN
PT.
TUBAGUS JAYA MANDIRI
PERIODE
2008 – 2009
DISUSUN OLEH :
CITA LESTARI – 41210605
KATHY PRACTICIA – 49210650
SILVIANA DITA – 49210084
ROSMALIA DANIASIH - 49210680
UNIVERSITAS GUNADARMA
D3 AKUNTANSI KOMPUTER
2013
I. I PENDAHULUAN
A.
Pengertian
Laporan Keuangan
Laporan
keuangan merupakan suatu informasi yang menggambakan kondisi suatu perusahaan,
dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu
informasi yang menggambarkan
tentang kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan obyek dari
analisis terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, memahami latar belakang
penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan langkah yang sangat penting
sebelum menganalisis laporan keuangan itu sendiri.
Lebih
lanjut munawir mengatakan, Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting
untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil
yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan begitu laporan
keuangan diharapkan akan membantu para pengguna untuk membuat keputusan ekonomi
yang bersifat finansial.
Dari
pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan
hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi, laporan keuangan merupakan suatu
ringkasan transaksi yang dilakukan dari perusahaan yang terjadi selama satu
periode akuntansi atau satu tahun buku.
B.
Manfaat
Laporan Keuangan
Laporan
keuangan disusun dengan tujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerjam dan perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berikut ini beberapa manfaat dibuatnya
laporan keuangan :
1.
Untuk menyediakan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan
sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil
tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang
dikendalikan struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2.
Untuk menyediakan informasi kinerja perusahaan
terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber
daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat
memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta
untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber
daya.
3.
Untuk menyediakan
perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas
investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain
berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara
kas), informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam
memanfaatkan arus kas tersebut.
Dari semua tujuan tersebut, yang
terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi
ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan
intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bias
dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan
tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangan-pertimbangan,
melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan
pertimbangan-pertimbangan tersebut.
C. Jenis Laporan Keuangan
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa
laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi
penjelsan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, termasuk juga
skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Dua jenis laporan keuangan (utama) yang
umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi (dan
biasanya dilengkapi dengan laporan perubahan modal), yang masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Neraca
Neraca
adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan
(aktiva, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
2. Laporan
Laba Rugi
Laporan
laba rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan
(potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.
D. Analisa Laporan
Keuangan
Secara
harfiah, analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan
laporan keuangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “analisis” berarti
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antar bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Menurut
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk
membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur
tersebut, dan menelaah hubungann diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan
untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan
keuangan itu sendiri. Ini berarti para analis laporan keuangan dituntut
mempunyai pengertian yang cukup tentang unsur-unsur yang membentuk laporan
keuangan.
Dari
definisi diatas jelas bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses
yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuagan dan
hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama
untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan
kinerja perusaaan pada masa mendatang.
E.
Jenis
– Jenis Ratio
1. Rasio
Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah
kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat
waktu. Contoh membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi,
gaji lembur, tagihan telepon, dan sebagainya. Karena itu rasio likuiditas
sering disebut dengan short term
liquidity. Untuk mengukur kemampuan tersebut, biasanya menggunakan
perhitungan rasio sebagai berikut :
a. Current
Ratio
Current Ratio adalah
ukuran yang paling biasa digunakan untuk mengukur
kesanggupan membayar kewajiban jangka pendek, yang akan menunjukan sejauh mana
klaim kreditur jangka
pendek ditutup oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi
uang tunai
dalam jangka waktu yang secara kasar bertepatan dengan jatuh tempo klaim.
b. Cash
Ratio
Rasio ini untuk
mengukur jumlah kas tersedia di banding hutang lancar. Pengertian kas
terkadang diperluas dengan
setara cash (cash equivalen) meliputi surat berharga yang
mudah
diperjualbelikan.
c. Quick
Ratio
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban
kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan,
karena persediaan dianggap
memerlukan waktu yang lama untuk di realisir menjadi
uang kas, walaupun kenyatannya
ungkin persediaan lebih likuid daripada
piutang. Jika Curent ratio tinggi tapi Quick ratio
rendah menunjukan adanya
investasi yang sangat besar dalam persediaan.
d. Working
Capital to Total Assets Ratio
Likuiditas dari total
aktiva dan posisi modal kerja, yang merupakan selisih antara total
aktiva
lancer dan utang lancer. Makin besar angka modal kerja berarti makin besar
tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan makin besar kepastian bahwa utang
jangka
pendek akan dilunasi tepat waktu.
2. Rasio
Solvabilitas/ Leverage
Rasio
solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan
rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam
uang. Ada beberapa cara untuk menghitung rasio solvabilitas diantaranya adalah
:
a. Debt
to Equity Ratio
Rasio ini merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
cari
dengan membandingkan antara seluruh termasuk utang lancer dengan seluruh
ekuitas.
Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
pinjaman (kreditor)
dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
utang.
b.
Debt
to Asset Ratio
Rasio ini untuk mengukur perbandingan dana yang
disediakan pemilik dengan
pembelanjaan dari kreditur. Makin besar dana yang
disediakan pemilik,
makin besar batas pengaman bagi kreditur.
c.
Long
Term Debt to Equity Ratio
Rasio ini merupakan rasio antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri. Tujuannya
untuk mengukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan hutang
jangka panjang dengan cara
membandingkan antara utang jangka
panjang dengan modal
sendiri yang disediakan perusahaan.
3. Rasio
Aktivitas
Rasio yang
menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang
dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan. Terdapat 2 rasio aktivitas, yaitu :
a. Total
Assets Turn Over/ Return to Asset (ROA)
Rasio ini untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya
untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat
kembalinya investasi yang telah
dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan
seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya.
b. Working
Capital Turnover/ Return to Capital (ROC)
Secara umum nilai ROC
yang rendah memberi indikasi tidak menguntungkannya
penggunaan modal kerja,
jika sebaliknya nilai ROC yang tinggi enunjukan telah terjadi
kelebihan
kapasitas. Jadi rasio ini harus bernilai seimbang.
4. Rasio
Profitabilitas/ Keuntungan
Rasio untuk mengukur
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar atau kecilnya
tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan ataupun
investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan
kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas
secara umum ada 3 (tiga) yaitu:
a. Gross
Profit Margin (GPM)
Rasio gross profit
margin atau margin keuntungan kotor ini berguna untuk mengetahui
keuntungan
kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Kelemahan rasio ini adalah
hanya menyediakan keuntungan kotir dari penjualan yang dilakukan tanpa
memasukan
struktur biaya yang ada pada perusahaan.
b.
Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini
menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada
setiap
penjualan yang dilakukan. Kelemahan rasio ini adalah memasukan pos atau item
yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas pendanaan, dan biaya pajak
penghasilan.
c.
Operating Ratio
Pada
rasio ini angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari
kegiatan usaha pokok perusahaan.
I. II DATA
Tabel. 1 Neraca
Per 31 Desember 2008
Table.2 Laporan Laba
Rugi
Per 31 Desember 2008
Penjelasan Laporan Keuangan
Tabel.
3 Neraca
Per 31 Desember 2009
Table.4 Laporan Laba
Rugi
Per 31 Desember 2009
Penjelasan Laporan
Keuangan
III.
PERHITUNGAN
I. 1. RASIO
LIKUIDITAS
Rasio Likuiditas
Adalah rasio yang berguna untuk mengetahui atau mengukur kemampuan
perusahaan
untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
a. Current Ratio
·
Periode Tahun 2008 :
3,993,040,009
CR =
1,113,260,913
CR = 3.58
%
·
Periode Tahun 2009 :
6,744,217,196
CR =
2,261,832,730
CR = 2.98
%
Dari perhitungan
diatas menunjukan adanya penurunan Current Rasio pada tahun 2009 sebesar
0.6%
yang disebabkan adanya Uper pendapatan 33,605,466 dan kenaikan pada biaya yang masih
harus dibayar sebesar 1,151,888,546.
b. Cash
Ratio
·
Periode Tahun 2008 :
63,917,755
Cash
Ratio =
1,263,698,720
Cash Ratio = 0.05
%
·
Periode Tahun 2009 :
256,674,239
Cash
Ratio =
2,261,832,730
Cash Ratio = 0.1%
Dari perhitungan
diatas menunjukan adanya kenaikan Cash Rasio pada tahun 2009 sebesar 0.05
karena adanya kenaikan jumlah aktiva lancar sebesar 192,757,084 dan hutang
lanca sebesar
998,134,010.
c. Quick Ratio
·
Periode Tahun 2008 :
3,993,040,009
– 928,020,862
QR =
1,263,698,720
QR = 2.42
%
·
Periode Tahun 2009 :
6,744,217,196
– 950,082, 060
QR =
2,261,832,730
QR = 2.56
%
Dari hasil
perhitungan diatas menunjukan bahwa Quick Rasio pada tahun 2009 mengalami
kenaikan sebesar 0.135% karena
Aktiva lancer dan hutang mengalami kenaikan.
d. Working Capital to
Total Assets Ratio
·
Periode Tahun 2008 :
3,993,040,009 – 1,263,698,720
Working
Capital =
47,744,625,714
= 0.057
%
·
Periode Tahun 2009 :
6,744,217,196 – 2,261,832,730
Working
Capital =
42,650,837,748
= 0.105 %
Dari hasil yang
tertera diatas dapat menunjukan Capital to Total Assets Rasio pada tahun 2009
mengalami kenaikan sebesar 0.048% karena pada tahun 2009 terjadi penurunan pada
total aktiva sebesar 5,093,788,966.
Kesimpulan
:
Rassio Likuiditas
adalah rasio yang untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membbayar atau
memenuhi seluruh kewajiban – kewajiban perusahaan pada jangka pendek. Dari
hasil keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat memenuhi seluruh
kewajibannya karena hasil dari seluruh
rasio yang termasuk pada Rasio
Likuiditas mengalami kenaikan.
2. RASIO LEVERAGE
a. Debt to Equity Ratio
·
Periode tahun 2008 :
39,368,876,733
Debt to Equity Ratio =
5,467,384,905
Debt
to Equity Ratio = 7,2 %
·
Periode tahun 2009 :
32,626,582,730
Debt to Equity Ratio =
10,024,255,018
Debt
to Equity Ratio = 3.25 %
Debt to Equity Rasio
mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 3.95% yang disebabkan
oleh
berkurangnya total Hutang sebesar 6,742,294,003
namuan Equitas bertambah sebesar
4,556,870,133 pada tahun 2009. Sehingga
jumlah rupiah dari ekuitas yang dijadikan Jaminan hutang
berkurang.
b. Debt to Asset Ratio
·
Periode tahun 2008 :
39,368,876,733
Debt to Asset Ratio =
44,836,261,628
Debt
to Asset Ratio = 0.878%
·
Periode tahun 2009 :
34,362,596,894
Debt to Asset Ratio =
42,650,837,748
Debt
to Asset Ratio =
0.76%
Dari hasil perhitungan
rasio diatas menunjukan bahwa pendanaan perusahaan yang bersumber
dari hutang
mengalami penurunan sebesar 0,76 yang disebabkan oleh turunnya total hutang
sebesar
6,742,294,003 dan naiknya total aktiva sebesar 2,185,423,880. Artinya
setiap Rp 100,- pendanaan
perusahaan Rp 0.87, Rp 0.76 dibiayai hutang dan
sisanya disediakan oleh pemegang saham.
c. Long Term Debt to
Equity Ratio
·
Periode tahun 2008 :
38,255,615,820
LTDtER =
5,467,384,905
LTDtER = 6.99%
·
Periode tahun 2009 :
30,364,750,000
LTDtER =
10,024,255,018
LTDtER = 3,029%
Dari
hasil perhitungan rasio diatas dapat dilihar bahwa adanya penurunan pendanaan
yang
bersumber dari hutang jangka panjang sebesar 3.961 % yang sebabkan adanyan
penurunan
panjang jumlah hutang jangka panjang dan ekuitas pada tahun 2009. Yang berarti dari tahun
2008 sampai
2009 perusahaan mampu menurunkanangka untuk dijadikan jaminan hutang jangka
panjang.
Kesimpulan :
Rasio untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan
tersebut likuidasi. Keseluruhan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan
dapat
mengurangi atau adanya penurunan dalam pendanaan perusahaan memalui
hutang jangka
panjang.
3. RASIO AKTIVITAS
a. Total
Assets Turn Over/ Return to Asset (ROA)
·
Periode Tahun 2008 :
38,465,134,704
ROA =
44,836,261,638
ROA = 0.858%
·
Periode Tahun 2009 :
43,219,393,454
ROA =
42,650,837,748
ROA = 1.013%
Dari hasil
perhitungan rasio diatas dapat di simpulakan adanya kenaikan pada perusahaan
dalam mendayagunakan aktivitas yang dimiliki guna mendapatkan Laba perusahaan
sebesar
0.155. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan pada penjualan netto
sebesar
4,754,255,750. Dapat disimpulkan penggunaan total aktiva Rp 1,-
menghasilkan laba bersih
masing-masing Rp 0.85, dan Rp 1.01 Dari tahun ke tahun
perusahaan mengalami peningkatan
ROA.
b. Working Capital
Turnover/ Return to Capital (ROC)
a. Working
Capital Turnover/ Return to Capital (ROC)
Penjualan Netto
Return to Capital =
Aktiva Lancar – Hutang Lancar
·
Periode Tahun 2008 :
38,465,134,704
ROC =
3,993,040,009 - 1,113,260,915
ROC = 13,357%
·
Periode Tahun 2009 :
43,219,393,454
ROC =
6,744,217,196 -
2,261,832,730
ROC = 9.64%
Dari
hasil perhitingan di atas dapat dilihat adanya penurunan pada rasio Return to Capital
(ROC) sebesar 3.717% yang disebabkan oleh kenaikan pada Hutang dan
Aktiva lancar.
Kesimpulan
:
Dari
perhitungan ROA & ROC Dapat disimpulkan bahwa sudah menggunakan sumber daya
yang dimilikinya untuk meningkatkan laba perusahaan, yang dapat dilihat dari
meningkatnya
penjualan netto. Tapi belum kemampuan perusahaan belum maksimal
karena ada perununan
yang cukup besar pada ROC dari tahun 2008 ke tahun 2009.
I. 4. RASIO KEUNTUNGAN
a. Gross Profit Margin (GPM)
·
Periode Semester II
Tahun 2008 :
38,465,134,704 -
30,723,117,322
GPM =
38,465,134,704
GPM = 0.20
·
Periode Semester II
Tahun 2009 :
43,219,393,454 -
31,637,063,080
GPM =
43,219,393,454
GPM = 0.26
Dari perhitungan
diatas menunjukan bahwa perusahaan menghasilkan tingkat laba kotor
masing
masing sebesar 0.20, 0.26 dari penjualan jasa yang di capai, artinya
setiap penjualan Rp 1,-
menghasilkan laba sebesar Rp 0.20 dan Rp 0.26. Rasio
ini mengalami kenaikan sebesar 0,06
yang disebabkan karena adanya pengangkatan
penjualan.
b. Net Profit Margin
(NPM)
·
Periode Semester II
Tahun 2008 :
1,188,062,429
NPM =
38,465,134,704
NPM = 0.03
·
Periode Semester II
Tahun 2009 :
4,531,921,085
NPM =
43,219,393,454
NPM = 0.10
Rasio laba bersih mengalami kenaikan dari tahun
2008 ke tahun 2009 sebesar 0,07 disebabkan
karena adanya peningkatan penjualan
jasa serta penurunan beban operasional langsung
walaupun beban yang lainnya
mengalami peningkatan akan tetapi kenaikan tersebut tidak
terlalu signifikan
dibandingkan kenaikan penjualannya
c. Operating Ratio
·
Periode Semester II
tahun 2008 :
7,742,017,382
+ 6,621,828,533
Operating Ratio =
38,465,134,704
Operating
Ratio = 0.34
·
Periode Semester II
tahun 2009 :
11,582,330,374
+ 7,078,860,929
Operating Ratio =
43,219,393,454
Operating
Ratio = 0.43
Dapat dilihat bahwa kegiatan pokok perusahaan
bertambah dari tahun 2008 ke tahun 2009.
Kesimpulan :
Pada rasio ini GPM menunjukan pada
tahun 2009 legih baik dari tahun 2008 karena
perusahaan memperoleh laba kotor
yang lebih besar yang diperoleh dari penjualan perusahaan
tersebut. Pada NPM juga menunjukan hal yang sama. Jika secara keseluruhan tahun 2009
perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik karena pada tahun
tersebut
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntngan lebih besar dibanding
tahun 2008.
IV.
PERHITUNGAN
Hasil rasio Likuiditas PT. Tubagus Jaya Mandiri menunjukan
pada tiap tahunnya ada peningkatan, itu menandakan perusahaan mampu melunasi
hutang lancar nya pada setiap tahun akan tetapi dari semua jenis rasio
likuiditas tidak selalu setiap tahun mengalami kenaikan.
Untuk Rasio Solvabilitas perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang lebih baik pada tahun 3009 dibandingkan tahun 2008, untuk debt to asset ratio pada tahun 2009 hampir 100% kekayaan perusahaan dibiayai oleh kewajban atau berasal dari pinjaman, sedangkan untuk tahun 2009 walaupun seluruh asset lebih dari 50% dibiayai oleh pinjaman akan tetapi lebih baik dari tahun 2008.
Untuk Rasio Solvabilitas perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang lebih baik pada tahun 3009 dibandingkan tahun 2008, untuk debt to asset ratio pada tahun 2009 hampir 100% kekayaan perusahaan dibiayai oleh kewajban atau berasal dari pinjaman, sedangkan untuk tahun 2009 walaupun seluruh asset lebih dari 50% dibiayai oleh pinjaman akan tetapi lebih baik dari tahun 2008.
Dari perhitungan ROA & ROC Dapat disimpulkan bahwa
perusahaan sudah menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan
laba perusahaan, yang dapat dilihat dari meningkatnya penjualan netto. Tapi
belum kemampuan perusahaan belum maksimal karena ada perununan yang cukup besar
pada ROC dari tahun 2008 ke tahun 2009.
Berdasarkan
perhitungan Rasio-rasio diatas tahun 2008 dan tahun 2009 perusahaan menunjukan
kinerja keuangan yang semakin baik dan bagus karena perusahaan tidak hanya
mampu melunasi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang akan tetapi
mampu menghasilkan laba atau keuntungan yang lebih baik
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Fahmi Irfan.2012. Analisis
Kinerja Keuangan. Alfabeta.
Dwi Prastowo.Drs.2011.
Analisis Laporan Keuangan. UPP STIM YKPN.
Artikel-nonpersonal,Akuntansi,http.//blog.re.or.id/analisa-laporan-keuangan.htmElearning.gunadarma.ac.id