Kamis, 27 Juni 2013

Tugas Soft Skill - Analisis Laporan keuangan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. TUBAGUS JAYA MANDIRI

PERIODE 2008 – 2009




DISUSUN OLEH :
CITA LESTARI – 41210605
KATHY PRACTICIA – 49210650
SILVIANA DITA – 49210084
ROSMALIA DANIASIH - 49210680


UNIVERSITAS GUNADARMA
D3 AKUNTANSI KOMPUTER
2013



      I.        I    PENDAHULUAN

A.    Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambakan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu  informasi yang  menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan obyek dari analisis terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, memahami latar belakang penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan langkah yang sangat penting sebelum menganalisis laporan keuangan itu sendiri.
Lebih lanjut munawir mengatakan, Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu para pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi, laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang dilakukan dari perusahaan yang terjadi selama satu periode akuntansi atau satu tahun buku.

B.     Manfaat Laporan Keuangan
Laporan keuangan  disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerjam dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berikut ini beberapa manfaat dibuatnya laporan keuangan :

1.        Untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

2.        Untuk  menyediakan informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.

3.        Untuk menyediakan perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut.

      Dari semua tujuan tersebut, yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bias dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangan-pertimbangan, melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut.


C.    Jenis Laporan Keuangan
      Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelsan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.
      Dua jenis laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi (dan biasanya dilengkapi dengan laporan perubahan modal), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.  Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.

2.      Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.


D.    Analisa Laporan Keuangan
Secara harfiah, analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “analisis” berarti penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian  untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis  laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungann diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Ini berarti para analis laporan keuangan dituntut mempunyai pengertian yang cukup tentang unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan.
Dari definisi diatas jelas bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuagan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusaaan pada masa mendatang.


E.     Jenis – Jenis Ratio
1.    Rasio Likuiditas
       Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur, tagihan telepon, dan sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Untuk mengukur kemampuan tersebut, biasanya menggunakan perhitungan rasio sebagai berikut :
a.       Current Ratio
                               Current Ratio adalah ukuran yang paling biasa digunakan untuk mengukur
                               kesanggupan membayar kewajiban jangka pendek, yang akan menunjukan sejauh mana
                               klaim kreditur jangka pendek ditutup oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi
                               uang tunai dalam jangka waktu yang secara kasar bertepatan dengan jatuh tempo klaim.




b.      Cash Ratio
                                 Rasio ini untuk mengukur jumlah kas tersedia di banding hutang lancar.  Pengertian kas
                                terkadang diperluas dengan setara cash (cash equivalen) meliputi surat berharga yang
                                mudah diperjualbelikan.



c.       Quick Ratio
                              Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
                              kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan dianggap
                              memerlukan waktu yang lama untuk di realisir menjadi uang kas, walaupun kenyatannya 
                              ungkin persediaan lebih likuid daripada piutang. Jika Curent ratio tinggi tapi Quick ratio
                             rendah menunjukan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.


d.       Working Capital to Total Assets Ratio
                              Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja, yang merupakan selisih antara total
                              aktiva lancer dan utang lancer. Makin besar angka modal kerja berarti makin besar                                     
                              tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan makin besar kepastian bahwa utang jangka   
                              pendek akan dilunasi tepat waktu.




2.      Rasio Solvabilitas/ Leverage
Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Ada beberapa cara untuk menghitung rasio solvabilitas diantaranya adalah :

a.       Debt to Equity Ratio
                             Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini 
                             cari dengan membandingkan antara seluruh termasuk utang lancer dengan seluruh ekuitas.
                             Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pinjaman (kreditor)
                             dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap 
                            rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang.



b.       Debt to Asset Ratio
                                  Rasio ini untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan pemilik dengan 
                                  pembelanjaan dari kreditur. Makin besar dana yang disediakan pemilik, 
                                 makin besar batas pengaman bagi kreditur.



c.       Long Term Debt to Equity Ratio          
                               Rasio ini merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya
                           untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan hutang
                             jangka panjang dengan cara membandingkan antara  utang jangka panjang dengan modal
                             sendiri yang disediakan perusahaan.



3.      Rasio Aktivitas
Rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan.  Terdapat 2 rasio aktivitas, yaitu :

a.       Total Assets Turn Over/ Return to Asset (ROA)
                                Rasio ini untuk mengukur kemampuan  perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya
                                untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalinya investasi yang telah
                                dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya.


b.       Working Capital Turnover/ Return to Capital (ROC)
                                   Secara umum nilai ROC yang rendah memberi indikasi tidak menguntungkannya                 
                                  penggunaan modal kerja, jika sebaliknya nilai ROC yang tinggi enunjukan telah terjadi
                                   kelebihan kapasitas. Jadi rasio ini harus bernilai seimbang.




4.      Rasio Profitabilitas/ Keuntungan
Rasio untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar atau kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan ataupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada 3 (tiga) yaitu:

a.       Gross Profit Margin (GPM)
                                Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor ini berguna untuk mengetahui
                                keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Kelemahan rasio ini adalah
                                hanya menyediakan keuntungan kotir dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukan
                                struktur biaya yang ada pada perusahaan.


b.       Net Profit Margin (NPM)
                          Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada
                          setiap penjualan yang dilakukan. Kelemahan rasio ini adalah memasukan pos atau item
                          yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas pendanaan, dan biaya pajak penghasilan.



            c.       Operating Ratio
            Pada rasio ini angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari
            kegiatan usaha pokok perusahaan. 


      I.          II   DATA
Tabel. 1 Neraca
Per 31 Desember 2008



Table.2 Laporan Laba Rugi
Per 31 Desember 2008

Penjelasan Laporan Keuangan








Tabel. 3 Neraca
Per 31 Desember 2009



Table.4 Laporan Laba Rugi
Per 31 Desember 2009



Penjelasan Laporan Keuangan




III.            PERHITUNGAN

       I.                                   1.    RASIO LIKUIDITAS
               Rasio Likuiditas Adalah rasio yang berguna untuk mengetahui atau mengukur kemampuan
               perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.

                       a.   Current Ratio


·         Periode  Tahun 2008 :
                                                            3,993,040,009
                                    CR       =                  
                                                            1,113,260,913
                                    CR       =          3.58 %


·         Periode Tahun 2009 :
                                                            6,744,217,196
                                    CR       =
                                                            2,261,832,730
                                    CR       =          2.98 %


                     Dari perhitungan diatas menunjukan adanya penurunan Current Rasio pada tahun 2009 sebesar
                    0.6% yang disebabkan adanya Uper pendapatan 33,605,466 dan kenaikan pada  biaya yang masih
                    harus dibayar  sebesar 1,151,888,546.


                 b.      Cash Ratio

                   

                        
·         Periode Tahun 2008 :
                                                                        63,917,755
                                    Cash Ratio       =
                                                                        1,263,698,720
                                    Cash Ratio       =          0.05 %

·         Periode Tahun 2009 :
                                                                        256,674,239
                                    Cash Ratio       =
                                                                        2,261,832,730
                                    Cash Ratio       =          0.1%


                       Dari perhitungan diatas menunjukan adanya kenaikan Cash Rasio pada tahun 2009 sebesar 0.05
                       karena adanya kenaikan jumlah aktiva lancar sebesar 192,757,084 dan hutang lanca sebesar
                       998,134,010.


                          c.   Quick Ratio

·         Periode Tahun 2008 :
              
                                                            3,993,040,009 – 928,020,862
                                    QR       =
                                                                        1,263,698,720
                                    QR       =          2.42 %


·         Periode Tahun 2009 :

                                                            6,744,217,196 – 950,082, 060
                                    QR       =
                                                                        2,261,832,730
                                    QR       =          2.56 %


                 Dari hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Quick Rasio pada tahun  2009 mengalami
                 kenaikan sebesar 0.135% karena Aktiva lancer dan hutang mengalami kenaikan.


                           d.  Working Capital to Total Assets Ratio



·         Periode Tahun 2008 :
                                           
                                                                        3,993,040,009 – 1,263,698,720
                                    Working Capital =
                                                                                    47,744,625,714
                                                              =        0.057 %

·         Periode Tahun 2009 :

                                                                        6,744,217,196 – 2,261,832,730
                                    Working Capital =
                                                                                    42,650,837,748
                                                              =        0.105  %

Dari hasil yang tertera diatas dapat menunjukan Capital to Total Assets Rasio pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 0.048% karena pada tahun 2009 terjadi penurunan pada total aktiva  sebesar 5,093,788,966.

               Kesimpulan :
               Rassio Likuiditas adalah rasio yang untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membbayar atau
               memenuhi seluruh kewajiban – kewajiban perusahaan pada jangka pendek. Dari hasil keseluruhan
              dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat memenuhi seluruh kewajibannya karena hasil dari seluruh
              rasio yang termasuk pada Rasio Likuiditas mengalami kenaikan.


          2. RASIO LEVERAGE

                        a.  Debt to Equity Ratio

·         Periode tahun 2008 :
39,368,876,733
Debt to Equity Ratio          =
                                                      5,467,384,905

Debt to Equity Ratio          =          7,2 %


·         Periode tahun 2009 :
32,626,582,730
Debt to Equity Ratio          =
                                                      10,024,255,018

Debt to Equity Ratio          =          3.25 %


                    Debt to Equity Rasio mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 3.95% yang disebabkan
                    oleh berkurangnya total Hutang sebesar 6,742,294,003  namuan Equitas bertambah sebesar
                   4,556,870,133 pada tahun 2009. Sehingga jumlah rupiah dari ekuitas yang dijadikan Jaminan hutang
                   berkurang.



                      b. Debt to Asset Ratio


·         Periode tahun 2008 :
39,368,876,733
Debt to Asset Ratio            =
                                                      44,836,261,628
Debt to Asset Ratio                        =     0.878%


·         Periode tahun 2009 :
34,362,596,894
Debt to Asset Ratio            =
                                                                                    42,650,837,748
Debt to Asset Ratio                        = 0.76%


            Dari hasil perhitungan rasio diatas menunjukan bahwa pendanaan perusahaan yang bersumber
                 dari hutang mengalami penurunan sebesar 0,76 yang disebabkan oleh turunnya total hutang sebesar
              6,742,294,003 dan naiknya total aktiva sebesar 2,185,423,880. Artinya setiap Rp 100,- pendanaan
      perusahaan Rp 0.87, Rp 0.76 dibiayai hutang dan sisanya disediakan oleh pemegang saham.


                              c.  Long Term Debt to Equity Ratio



·         Periode tahun 2008 :
38,255,615,820
LTDtER     =
                              5,467,384,905

LTDtER     =          6.99%


·         Periode  tahun 2009 :
30,364,750,000
LTDtER     =
                              10,024,255,018

LTDtER     =          3,029%

                     Dari hasil perhitungan rasio diatas dapat dilihar bahwa adanya penurunan pendanaan yang
                     bersumber dari hutang jangka panjang sebesar 3.961 % yang sebabkan adanyan penurunan
                     panjang jumlah hutang jangka panjang dan ekuitas pada tahun 2009. Yang berarti dari tahun
                  2008 sampai 2009 perusahaan mampu menurunkanangka untuk dijadikan jaminan hutang jangka
                    panjang.      

           
                Kesimpulan :
                     Rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan
                     tersebut likuidasi. Keseluruhan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat
                     mengurangi atau adanya penurunan dalam pendanaan perusahaan memalui hutang jangka
                     panjang.


                3. RASIO AKTIVITAS

  a.      Total Assets Turn Over/ Return to Asset (ROA)


·         Periode Tahun 2008 :
                                                            38,465,134,704
                                    ROA    =
                                                            44,836,261,638
                                    ROA    =          0.858%


·         Periode  Tahun 2009 :
                                                            43,219,393,454
                                    ROA    =
                                                            42,650,837,748
                                    ROA    =          1.013%


                       Dari hasil perhitungan rasio diatas dapat di simpulakan adanya kenaikan pada perusahaan
                       dalam mendayagunakan aktivitas yang dimiliki guna mendapatkan Laba perusahaan sebesar
                       0.155. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan pada penjualan netto sebesar
                       4,754,255,750. Dapat disimpulkan penggunaan total aktiva Rp 1,- menghasilkan laba bersih
                       masing-masing Rp 0.85, dan Rp 1.01 Dari tahun ke tahun perusahaan mengalami peningkatan
                       ROA.


                         b. Working Capital Turnover/ Return to Capital (ROC)


a.      Working Capital Turnover/ Return to Capital (ROC)
Penjualan Netto
Return to Capital    =
                                       Aktiva Lancar – Hutang Lancar

·         Periode Tahun 2008 :
                                                                        38,465,134,704
                                    ROC    =
                                                            3,993,040,009  -  1,113,260,915
                                    ROC    =          13,357%


·         Periode Tahun 2009 :
                                                                        43,219,393,454
                                    ROC    =
                                                            6,744,217,196  -  2,261,832,730
ROC    =          9.64%


                             Dari hasil perhitingan di atas dapat dilihat  adanya penurunan pada rasio Return to Capital
                            (ROC) sebesar 3.717% yang disebabkan oleh kenaikan pada Hutang dan Aktiva lancar.


                     Kesimpulan :
                        Dari perhitungan ROA & ROC Dapat disimpulkan bahwa sudah menggunakan sumber daya
                       yang dimilikinya untuk meningkatkan laba perusahaan, yang dapat dilihat dari meningkatnya
                      penjualan netto. Tapi belum kemampuan perusahaan belum maksimal karena ada perununan
                     yang cukup besar pada ROC dari tahun 2008 ke tahun 2009.
           


       I.                                                         4.   RASIO KEUNTUNGAN

                                              a.  Gross Profit Margin (GPM)


·         Periode Semester II Tahun 2008 :
                                                            38,465,134,704  -  30,723,117,322
                                    GPM    =
                                                                        38,465,134,704
                                    GPM    =          0.20


·         Periode Semester II Tahun 2009 :
                                                            43,219,393,454  -  31,637,063,080
                                    GPM    =
                                                                        43,219,393,454
                                    GPM    =          0.26

                     Dari perhitungan diatas menunjukan bahwa perusahaan menghasilkan tingkat laba kotor masing
               masing sebesar 0.20, 0.26 dari penjualan jasa yang di capai, artinya setiap penjualan Rp 1,-
                    menghasilkan laba sebesar Rp 0.20 dan Rp 0.26. Rasio ini mengalami kenaikan  sebesar 0,06
                       yang disebabkan karena adanya pengangkatan penjualan.


                             b.  Net Profit Margin (NPM)

·         Periode Semester II Tahun 2008 :
                                                            1,188,062,429
                                    NPM    =
                                                            38,465,134,704
                                    NPM    =          0.03


·         Periode Semester II Tahun 2009 :
                                                            4,531,921,085
                                    NPM    =
                                                            43,219,393,454
                                    NPM    =          0.10

                          Rasio laba bersih mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar 0,07 disebabkan
                          karena adanya peningkatan penjualan jasa serta penurunan beban operasional langsung
                          walaupun beban yang lainnya mengalami peningkatan akan tetapi kenaikan tersebut tidak
                          terlalu signifikan dibandingkan kenaikan penjualannya



                              c.  Operating Ratio


·         Periode Semester II tahun 2008 :
7,742,017,382 + 6,621,828,533
Operating Ratio      =
                                                      38,465,134,704
Operating Ratio      =          0.34


·         Periode Semester II tahun 2009 :
11,582,330,374 + 7,078,860,929
Operating Ratio      =
                                                      43,219,393,454
Operating Ratio      =          0.43

                   Dapat dilihat bahwa  kegiatan pokok perusahaan bertambah dari tahun 2008 ke tahun 2009.


                  Kesimpulan :
                     Pada rasio ini GPM menunjukan pada tahun 2009 legih baik dari tahun 2008 karena
                     perusahaan memperoleh laba kotor yang lebih besar yang diperoleh dari penjualan perusahaan
                     tersebut. Pada NPM  juga menunjukan hal yang sama. Jika secara keseluruhan tahun 2009
                     perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik karena pada tahun tersebut 
                     kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntngan lebih besar dibanding tahun 2008.



IV.            PERHITUNGAN

Hasil rasio Likuiditas PT. Tubagus Jaya Mandiri menunjukan pada tiap tahunnya ada peningkatan, itu menandakan perusahaan mampu melunasi hutang lancar nya pada setiap tahun akan tetapi dari semua jenis rasio likuiditas tidak selalu setiap tahun mengalami kenaikan.

Untuk Rasio Solvabilitas perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang lebih baik pada tahun 3009 dibandingkan tahun 2008, untuk debt to asset ratio pada tahun 2009 hampir 100% kekayaan perusahaan dibiayai oleh kewajban atau berasal dari pinjaman, sedangkan untuk tahun 2009 walaupun seluruh asset lebih dari 50% dibiayai oleh pinjaman akan tetapi lebih baik dari tahun 2008.

Dari perhitungan ROA & ROC Dapat disimpulkan bahwa perusahaan sudah menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan laba perusahaan, yang dapat dilihat dari meningkatnya penjualan netto. Tapi belum kemampuan perusahaan belum maksimal karena ada perununan yang cukup besar pada ROC dari tahun 2008 ke tahun 2009.

Berdasarkan perhitungan Rasio-rasio diatas tahun 2008 dan tahun 2009 perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik dan bagus karena perusahaan tidak hanya mampu melunasi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang akan tetapi mampu menghasilkan laba atau keuntungan yang lebih baik



  
V.            DAFTAR PUSTAKA

Fahmi Irfan.2012. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta.

Dwi Prastowo.Drs.2011. Analisis Laporan Keuangan. UPP STIM YKPN. 

Artikel-nonpersonal,Akuntansi,http.//blog.re.or.id/analisa-laporan-keuangan.htmElearning.gunadarma.ac.id